Dunia
semakin maju, teknologi semakin canggih beriringan dengan nafas yang kita
hirup. Ya, karena Saya juga tidak
terlalu mahir dalam soal teknologi, maka Saya takkan membahas soal kemajuan
teknologi. Saya mungkin akan melihat dari sisi, yang mungkin hanya sedikit dari
kita yang menyadari.
Saturday, December 24, 2011
Christmas Eve.
Esok
sudah Natal, dua puluh lima Desember. Masih seperti biasa dan entah akan terus
seperti biasa sampai kapan bahwa hari Natal itu akan jatuh pada tanggal 25.
Baiklah,
Saya takkan membuat postingan tentang natal secara umum, tapi menceritakan
sedikit pengalaman merayakan Christmas Eve yang agak unik.
Tahun
ini, untuk yang kedua kalinya Saya merayakan Natal jauh dari rumah dan keluarga
di Ambon, dan malah terdampar di pulau Jawa.
Monday, December 19, 2011
10 macam Personality Disorder.
Nah, kebetulan hari ini mau menulis yang sedikit ilmiah dulu. Halah. Kebetulan kemarin sedang membaca, dan menemukan hal yang cukup 'keren' ini. Sengaja Saya post-kan karena setelah didalami, hal - hal yang akan Anda temukan di bawah ini tidak jarang ditemukan di sekeliling kita. Terutama bagi yang banyak menghabiskan waktu di dunia SocMed. Nah, di bawah ini kebetulan Saya menemukan tulisan yang dapat mewakili hal - hal penting sesuai judul diatas. Biar tidak seperti Caleg yang sedang kampanye, mending langsung saja kengkawan membacanya. Silahkeun...
Saturday, December 17, 2011
Isi Kepala : Agama.
Setelah sekian lama berkutat dengan pencarian dan segala macam perenungan tentang hal yang menjadi judul dari tulisan ini. Maka Saya piker ada baiknya Saya menuangkannya dalam bentuk tulisan agar kemudian nantinya mungkin bias jadi perdebatan atau mungkin sanggahan agar kemjauan pemikiran Anda yang membaca dan Saya yang menuliskan.
Saya terlahir dari keluarga Kristen Protestan yang biasa – biasa saja, Ibu seorang Kristen yang cukup patuh dan aktif dalam pelayanan, Ayah Saya tidak aktif. Ke gereja saja jarang. Saya tumbuh lewat ibadah – ibadah sekolah minggu, remaja, dan Angkatan Muda Gereja. Saya rajin ke gereja, tentunya setelah memasuki SMP. Karena waktu SD lebih banyak menganggur di rumah karena banyak tontonan televisi pada hari minggu.
Monday, October 31, 2011
Coretan setelah Kopdar Blogger Nusantara 2011
Maka telat tiba pagi tiga puluh satu, sehari setelah waktu ratusan blogger bertemu. Aku harus merekam dengan sedikit tulisan, agar cerita tak hanya sekedar goresan.
Monday, October 17, 2011
Buat Malika Hamoudi
Kulihat jemarimu yang lentik, dan kusaksikan di langit
arakan awan mengirim senja yang lain
ke arah kita. Ada warna merah, warna biru yang pupus
bongkahan-bongkahan kelabu yang melayang jauh
dari jendela. Kulihat sungai Seine yang membelah kota
dengan jembatan-jembatan yang penuh ukiran
seperti rambut ikalmu. Lalu dari puncak apartemen tinggi
Kita berloncatan, meliuk-liuk dan berteriak di udara:
senja pecah menjadi ribuan isyarat sunyi
yang mungkin bisaditerjemahkan sebagai hasrat
atau niat untuk bunuh diri
arakan awan mengirim senja yang lain
ke arah kita. Ada warna merah, warna biru yang pupus
bongkahan-bongkahan kelabu yang melayang jauh
dari jendela. Kulihat sungai Seine yang membelah kota
dengan jembatan-jembatan yang penuh ukiran
seperti rambut ikalmu. Lalu dari puncak apartemen tinggi
Kita berloncatan, meliuk-liuk dan berteriak di udara:
senja pecah menjadi ribuan isyarat sunyi
yang mungkin bisaditerjemahkan sebagai hasrat
atau niat untuk bunuh diri
Label:
buat malika hamoudi
Saturday, September 10, 2011
Manusia tanpa kulit.
Label:
manusia tanpa kulit
Wednesday, September 7, 2011
Ayah dan lain - lain.
Aku ingat bahwa terakhir Aku tunduk padamu waktu itu, ketika tangamu yang berurat dan keras karena sering beradu dengan logam menggampar ibu. Maka sejak itu tak pernah Aku patuh padamu biar sedikitpun. Hingga kadang Aku menjadi tidak mengerti ada ikatan gaib apa antara anak dan seorang Ibu.
Aku juga masih ingat terakhir kali kau menggamparku hingga patah kaki ijuk pada kepalaku lalu berujung Aku pingsan kemudian. Bukan salahmu tentu. Sejak hari itu yang kutahu bahwa Kau tak pernah lagi berani memukulku. Maka terbebaslah Aku. Atau mungkin di kemudian hari Aku terjaga dan mengerti bahwa kebebasan adalah harga yang harus mengorbankan ikatan. Dan sejak itu pula Aku tak pernah peduli akan sesuatu. Tidak, tidak sama sekali.
Aku juga masih ingat terakhir kali kau menggamparku hingga patah kaki ijuk pada kepalaku lalu berujung Aku pingsan kemudian. Bukan salahmu tentu. Sejak hari itu yang kutahu bahwa Kau tak pernah lagi berani memukulku. Maka terbebaslah Aku. Atau mungkin di kemudian hari Aku terjaga dan mengerti bahwa kebebasan adalah harga yang harus mengorbankan ikatan. Dan sejak itu pula Aku tak pernah peduli akan sesuatu. Tidak, tidak sama sekali.
Label:
ayah dan lain lain
Wednesday, August 24, 2011
Kepada.
Jika Aku mati bunda,
jangan kau beli tanah berpayung kemboja
biar jadi abu saja itu jasad
Aku akan berkemah di neraka murtad
Maka dengan ini kutuliskan surat
Kepada Kuli, petani, nelayan yang peluhnya urat
yang setiap saat pikiran aku tuju
dianggap benalu, terduduk kuyu
Kepada anak - anak tiada ber-ibu
berpayung langit dan senja abu - abu
Kepada Pemimpin busuk
terhujani peluru kutuk
Kepada pejuang adil yang mati muda
ditembus sangkur bedil, tanpa kuda
Kepada pencuri - pencuri bergaji
berebut ulu dari tubuh gergaji
Kepada anak - anak kecil polos
terbang liar kosong dan tonggos
Kepada penjilat kaki raja
pembunuh muslihat bertameng meja
Jika Aku mati bunda,
jangan kau beli tanah berpayung kemboja
biar jadi abu saja itu jasad
Aku akan berkemah di neraka murtad
Agustus, 2011
Friday, August 19, 2011
Sebelum Aku Keluar kamar
Masih bolehkah kita ber-nas
menangis darah sambil menggaruk-garuk tanah
Atau balik menghadang batang bambu
merobek kulit - kulit batu
Atau tuan cuma membikin kita jadi jualan
Mungkin seribu atau karung sekalian
Kami bosan Tuan, dengan anda
Karena Kami harus suka,
Di rumah anak menunggu luka-luka
menangis darah sambil menggaruk-garuk tanah
Atau balik menghadang batang bambu
merobek kulit - kulit batu
Atau tuan cuma membikin kita jadi jualan
Mungkin seribu atau karung sekalian
Kami bosan Tuan, dengan anda
Karena Kami harus suka,
Di rumah anak menunggu luka-luka
Wednesday, July 27, 2011
Percakapan dengan Ibu penjual Bubur
Tadi pagi, Saya pergi ke warung bubur. Warungnya sepi. Jadi Saya pesan segelas kopi dan meminta rokok. Minta. Bukan beli. Ha ha ha. Warungnya di depan rumahnya. Dan karena sepi, maka Saya dipersilahkan duduk di dalam rumahnya saja temani Ibu yang menjual bubur. Maka, terjadilah percakapan yang tak terasa sekitar dua jam lamanya. Memang, kalau sudah asik mengobrol, Saya kadang lupa waktu. Jadi mungkin sedikit kuceritakan di sini.
Ibu penjual ini tinggal bersama ayahnya dan anak laki – lakinya. Rumahnya besar, bergaya jawa zaman pra kemerdekaan. Kamarnya banyak, ruang tengahnya besar. Di dalam rumah ada pajangan – pajangan keris, dan banyak lukisan cat. Kursinya masih model kursi rotan anyaman dulu. Jadi sambil duduk – duduk, Saya sengaja melihat – lihat sebuah foto Bapak Ibunya, hitam – putih dan sudah sedikit berjamur di pinggirannya, lukisan cat air Ibu-Bapaknya. Dan ada lukisan pemandangan, lukisan Ikan di kolam. Semua lukisan cat.
Label:
bubur,
ibu,
penjual,
percakapan
Surat Wasiat Charlie Chaplin untuk anaknya
Selain berakting Chaplin juga memiliki kemampuan menyutradara, menulis naskah, sekaligus mengisi ilustrasi musik di film-film produksinya sendiri. Masa kecilnya yang dekat dengan kemiskinan dan kemelaratan tidak lantas menjadikannya patah semangat.
Chaplin kecil pernah tinggal di rumah penampungan orang miskin, bekerja untuk imbalan makan dan tempat berteduh di kawasan Lambeth, London. Bersama saudara perempuannya Sydney Chaplin, Chaplin berjuang bahu-membahu agar bisa bertahan hidup.
Di usianya yang sangat dini Chaplin sudah mulai berakting dari panggung ke panggung dalam pertunjukan komedi Music Hall.
Bersamamu Melintasi Lautan
Ingin berbagi dengan semua, tentang puisi kesukaan Saya. Ini bukan punya Saya, penyairnya Saya lupa namanya. Tapi beginilah bunyinya:
Monday, July 18, 2011
Orang Gila, Orang Miskin
Tadi, setelah sejenak Saya mencari sedikit inspirasi di Kampus yang gagal total karena terlalu ramai dan terlalu banyak nyamuk, Saya pulang. Di perjalanan Saya temukan Orang gila yang sedang diganggu oleh segerombolan anak punk. Dan sambil lalu, kuperhatikan remah - remah makanan yang sedang di pilah diantara serakan sampah. Aku jadi berpikir. Ini kemana Pemerintah, kok tidak bisa memperhatikan Orang seperti ini? Apa salahnya? Saya pikir, dia tidak pernah meminta untuk menjadi orang gila kan?
Sunday, July 17, 2011
Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.
Syukuran.
Setelah kemarin hari, hilangnya blog-ku yang lama yang begitu Aku cintai. Maka hari ini, kubangun lagi rumah yang baru. Bukan berarti rumah yang baru, maka cinta yang baru juga akan tumbuh. Tidak. Sama saja dengan rumahku yang dahulu. Tidak lebih dan tidak kurang. Semua rumah akan terasa sama, jika hati yang ditempati juga sama bukan? Selamat datang diriku dan hatiku sendiri di Rumah.
Mari tinggalkan jejak dengan tulisan, agar tak kau hilang setelah sekian abad. Manusia Pergi, Kesan tinggal, Tulisan abadi.
Mari tinggalkan jejak dengan tulisan, agar tak kau hilang setelah sekian abad. Manusia Pergi, Kesan tinggal, Tulisan abadi.