Saturday, September 10, 2011

Manusia tanpa kulit.


Hari ini, Aku melihat ada sepasang orang tua sedang menyusuri sisa olahan hasil bumi paling akhir. Keduanya renta, Sang laki - laki berjalan saja dengan layu dalam kulitnya yang sudah merebak ungu. Pujaan hatinya yang dulu mungkin cantik jelita, bunga desa bertapak - tapak pelan mengikuti. Entah darimana, entah mau kemana. langit sore hanya jadi tirai transparan yang membatasi mataku dan mereka. Langit saja malu dan malas menghujam bumi dengan gaung sinarnya.

Wednesday, September 7, 2011

Ayah dan lain - lain.

Aku ingat bahwa terakhir Aku tunduk padamu waktu itu, ketika tangamu yang berurat dan keras karena sering beradu dengan logam menggampar ibu. Maka sejak itu tak pernah Aku patuh padamu biar sedikitpun. Hingga kadang Aku menjadi tidak mengerti ada ikatan gaib apa antara anak dan seorang Ibu.

Aku juga masih ingat terakhir kali kau menggamparku hingga patah kaki ijuk pada kepalaku lalu berujung Aku pingsan kemudian. Bukan salahmu tentu. Sejak hari itu yang kutahu bahwa Kau tak pernah lagi berani memukulku. Maka terbebaslah Aku. Atau mungkin di kemudian hari Aku terjaga dan mengerti bahwa kebebasan adalah harga yang harus mengorbankan ikatan. Dan sejak itu pula Aku tak pernah peduli akan sesuatu. Tidak, tidak sama sekali.