Tadi pagi, Saya pergi ke warung bubur. Warungnya sepi. Jadi Saya pesan segelas kopi dan meminta rokok. Minta. Bukan beli. Ha ha ha. Warungnya di depan rumahnya. Dan karena sepi, maka Saya dipersilahkan duduk di dalam rumahnya saja temani Ibu yang menjual bubur. Maka, terjadilah percakapan yang tak terasa sekitar dua jam lamanya. Memang, kalau sudah asik mengobrol, Saya kadang lupa waktu. Jadi mungkin sedikit kuceritakan di sini.
Ibu penjual ini tinggal bersama ayahnya dan anak laki – lakinya. Rumahnya besar, bergaya jawa zaman pra kemerdekaan. Kamarnya banyak, ruang tengahnya besar. Di dalam rumah ada pajangan – pajangan keris, dan banyak lukisan cat. Kursinya masih model kursi rotan anyaman dulu. Jadi sambil duduk – duduk, Saya sengaja melihat – lihat sebuah foto Bapak Ibunya, hitam – putih dan sudah sedikit berjamur di pinggirannya, lukisan cat air Ibu-Bapaknya. Dan ada lukisan pemandangan, lukisan Ikan di kolam. Semua lukisan cat.